16 November 2015

 Inisial R.
Pagi itu begitu cerah. Tanpa terasa waktu kemarin begitu cepat. Tanpa terasa pula kejadian kemarin begitu cepat berlalu. Ya, aku kini berada di sini. Kini aku telah meninggalkan dirinya bersama dengan yang lain. Itulah yang membuatku nekat kemarin ikut bersama kakakku. Tak kuasa aku menyaksikan semuanya yang telah terjadi. Di satu sisi aku ingin tinggal karena hatiku masih bersemanyam di hatinya. Di satu sisi, aku sakit harus pergi agar tidak menyaksikan antaradia dan dirinya. Aku hanya bisa menangis dan memasrahkan semuanya. Walagia yang aku pun hati ini tidak menerima apa yang terjadi.
Saat Randi datang ke rumahku, aku begitu bahagia. Hari itu merupakan hari paling bahagia karena aku tahu maksudnya datang menemuiku di rumah. 
"Rinda, ada Randa". Panggil Ibu dari teras.
"Ya, bu. Tunggu sebentar" Sahutku dari kamar.
Hari ini aku harus mempersiapkan diri dengan baik . Hari ini adalah hari bahagia. Akupun mulai memilih baju-baju yang akan kukenakan. Aku memilih baju yang pernah diberikan kepadaku saat usia pacaranku masih dua minggu. Aku mengingat kembali masa-masa itu. 
"Rinda" Sapa ibu dari depan pintu kamar.
"Iya bu, aku bersolek dulu biar cantik" Kataku menggoda Ibu
Ibu pun masuk ke kamar. "Rinda, kamu jangan lama-lama. Kasian Randi. Semenjak dia datang, aku melihat dia kelihatan gelisah." Aku tidak menanggapi penjelasan Ibu. Aku hanya membayangkan bahwa Randi pasti gugup akan menmgutarakan semuanya kepada Ibuku. Setelah semuanya selesai, aku langsung pamit dan keluar menemui Randi yang sedang duduk di teras.
"Hai Randi, aku senang kamu akhirnya datang ke rumah. Setelah sekian lama kita merencanakan dan dengan segala ketakutanmu datang ke rumahku, akhirnya kamu memberanikan diri". Kataku kepadanya.
"sebaiknya, kita keluar saja. Kita cari tempat yang baik untuk membicarakan semuanya." Jawab Randi mendengarkan pernyataanku.
"Memang ada apa Kakak, bukanya kamu ke sini untuk bertemu dengan Ayah?"Tanyaku dengan ragu
"Nantilah kita bicarakan sayang, ayo kita pegi" 
Akupun masuk ke dalam rumah dengan bersungut-sungut. Akupun pamit sama Ibu.
Kami punj berangkat bersama-sama. 
Dalam perjalanan, aku hanya diam. Aku tidak bisa membayangkan apa sebenarnya yang ada di benak Randi. Kenapa dia seolah-olah ragu bertemu sama Bapakku. Padahal dua minggu yang lalu, dia telah berjanju akan menunggu ayahku pulang kerja dan akan menyampaikan kepada ayahku bahwa ia akan melamarku. 
Tak terasa kami tiba di taman tempat kami bisanya bertemu. Dia memarkir motornya. Akupun duluan beranjak ke tempat duduk favorit kami. NAmun, waktu aku melihat ke tempat duduk itu, ada seorang wanita cantik sedang asyik duduk di sana. Aku pun agak kecewa. NAmun aku tak berhak untuk melarang orang duduk di tempat itu karena tempat itu merupakan temapt  umum. 
Aku berdiri di samping tempat duduk itu sambil menunggu Randi. Wanita itu melihat diriku dan dia tersenyum begitu manis kepadaku. Aku pun membalasnya. Tidak lama Randi datang. Dia tersenyum melihat cewek itu. Dalam hati aku merasa cemburu. 
"Rinai, ini Rinda teman aku yang sering aku ceritrakan" Kata Randi yang sedang berdiri di sampingku. Aku seperti disambar petir. seluruh badanku menjadi kaku. Mulutku bungkam tak biasa terbuka mendengar ucapan Randi dengan kata "teman". 
"Teman?" Gumanku dalam hati. Kenapa Randi memanggil aku dengan kata teman. Aku ini kekasihnya yang sudah dua tahun dia kenal. Baru kali ini aku mendengar dia memanggilku denga kata teman. 
"Cewek itupun bangkit dari tempat duduknya dan menyalami aku. Akupun membalasnya.
"Ini, ya sayang? Ternyata dia cantik ya. Hai Rinda kamu memang cantik ya. Seperti cerita Randi. Kalian memamg pantas jadi kakak adik" Katanya sambil metapku. Badan ini menjadi kaku. Akupun berharap bia langsung di telan bumi.Ucapannya begitu membuatku sakit.
"Iya, dia memang lucu. Makanya aku datang membawanya ke sini buat ketemu kamu agar kamu tidak cugiga terus. Aku sama Rinda datang ke sini untuk menjelaskan kalau kami ini sudah seperti kakak adik. " Katanya

*****
Aku membuka mata. Aku hanya melihat-langit kamar yang sepertinya adalah kamarku. Dan benar saja. sudah ada Ibu disampingku menangis. Di situpun sudah ada Randi dan Rinai. Hati ini mulai memberontak melihat kehadirannya.. Aku langsung geram dan berteriak mengusir mereka. Ibuku langsung menenangkan aku. 
"Ibu, suruh mereka keluar. Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi" Kataku begitu geram
Ibu langsung menyuruh mereka keluar.. Mereka hanya diam. Mereka lanngsung berjanjak keluar.
Aku langsung menangis tidak bisa membayangkan hari bahagiaku haru disambut dengan kedukaaan yang mendalam. Penantian yang selama ini aku tunggu tak berujung bahagia. Secepat itu Randi harus pergi meninggalkanku. Ibuku memeluk aku sambail menangis. 
Tak lama kedian terdengar suara motor. Aku menebak bahwa itu adaalah mtor ayahku. Dan benar saja, ayah yang bru palang kerja masuk ke kamarku dan memelukku. dengan erat.
"Sabar ya nak. Ibu tadi menelponku dan menceritakan semuanya. Kamu sabar ya nak. Dari dulu ayah melarang kamu pacaran sama Randi karena ayah punya alasan. Ayah pernah melihat dia jalan bersama bersama wanita  di hari ulang tahunmu. Makanya dia tidak datang menemui kamu. NAmun aku tidak mau memberikan alasan waktu itu karena itu adalah masalah kasian. Makanya ayah melarang kamu setelah itu bertemu kamu dengan dia" Jelas ayah kepadaku. Aku hanya terdiam. Aku pun kembali mengingat-ingat hal yhang terjadi. Selama  aku melihat sebuah nama di konyak hpnya dengan nama R. R itu selalu aku pertanyakan. Aku berpikir itu adalah inisial namaku. NAmun aku melihat nomornya, bukan nomor aku. Dia beralasan bahwa dia sangat senang dengan inisial namaku. Karena inisial namanya juga adalah R. 
Katanya itu adalah nomor alm Ibunya. 
Semua kenangku selama ini akan saya kubur dalam-dalam karena dia telah membuatku  Aku menyesal telah mempercayai dia begitu dalam. Ternyata semuanya adalah sia-sia. Aku tidak bisa menolak apa yang dikatakannya. .



 
Hikmah di Pagi ini: Balasan Kebaikan
Pagi ini, sekitar pukul 05.30, matari sudah menampakkan dirinya. Aku merasa malu dan tersaingi. Kutatap matahari dan berguman dalam hati,"Aku tak mau kalah darimu". Aku menunggu bajaj namun tak satu pun menampakkan dirinya. Aku smakin gelisah dan semakin kesal. Tak lama kemudian, muncullah bajaj. Aq menyetopnya. Lalu terjadilah tawar-menawar. Awalnya dia mengatakan 20 ribu tetapi aku menolak. Aku menegonya 15 ribu harga yg biasa aku negokan ke bajaj yang lain. Akhir dia mengalah.
Kurang lebih 10 menit, sampailah aku dj tempat tujuan. Aku langsung mengambil uang 20 ribu dan membayarnya. Dia kemusian mengelak bahwa tadi aku menawarnya 20 ribu. Dia ngotot tidak mau mengembalikannya. Aku pun mulai ngotot bahwa tadi saya menawarnya 15 ribu."Pak, tadi kan saya sudah menawarnya 15 ribu. Tsaya juga sering naik bajaj ke sini 15 ribu. Ini masih pagi,Pak tetapi Bapak sudah melakukan kecurangan. Bagaimana rezeki mau lancar kalau begitu,"kataku tak mau mengalah. "Demi Allah 20 ribu," jawabnya tidak merasa bersalah.
Aku pun langsung meninggalkan dan mengiklaskan semuanya.
Kebetulan pagi itu, aku hanya membawa uang 50 ribu. Pecahan uang kecil sudah tidak ada. Aku takut kena marah dari supit angkot. Aku mulai merawa was-was.
Setelah sampai di tempat tujuan aku pun turun dengan rasa was-was sambil menyodorkan uang 50 ribu.
Eh, di luar dugaan ternyata supirnya baik dan mau mengembalikan uangnya.
Aku sangat bersyukur. Walaupun bagi orang itu hal biasa tetapi bagi saya itu hal yg sangat luar biasa di pagi itu. Tuhan telah memberikan pejaran berharga yaitu kehilanga uang 5 ribu dari supir bajaj. Tuhan membuat aku tersenyum lagi lewat supir yang baik.  Memang bukan uang yang dikembalikan oleh Tuhan tetapi kebahagian batin yang aku dapatkan luar biasa. Terima kasih Tuhan.